Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Happy itu "Inner", bukan "Outer"

Hari ini saya  ngobrol ngalor-ngidul sama Pak Dadang, salah satu dosen dan pernah menjadi direktur di tempat saya bekerja sambil menunggu makan siang datang. Kali ini, ditraktir Pak Dadang, - hehe.. I can't thank you enough . Obrolan tiba-tiba menyentil soal  happy.  Dan menjadi sesuatu yang saya pilih untuk ditulis hari ini. Sebagai orang dewasa saya sangat sadar  bahwa saya seringkali lupa untuk  happy.  Atau juga terkadang saya sibuk mencari cara agar  happy.  Tapi.. di sisi lain, beberapa kali saya melihat pasangan pengumpul barang rongsokan mendorong gerobak tua berisi barang bekas dan kedua balita mereka, sedang tertawa lepas. Muncul perasaaan yang sulit untuk dijelaskan. Saya  happy  melihat mereka tertawa, mereka berjalan tanpa alas kaki, tanpa kendaraan bagus, tidak sedang mengenakan baju baru, dan tidak membawa makanan selain air minum - botol A*ua yang diisi ulang air berwarna oranye. Dan mereka terlihat sangat  hap...

OMG! Quarter Life Crisis Menyerang!

Galau, overthinking , gelisah, bingung, ketakutan, sampai frustasi kerap mengganggu psikis seseorang di seperempat abad usianya. Kira-kira di usia 18-30 tahun. Umumnya, seseorang di usia ini   merasa tidak mempunyai arah, khawatir, bingung, dan galau akan ketidakpastian kehidupannya di masa yang akan datang. Biasanya, kekhawatiran ini meliputi isu karir, percintaan, ekonomi dan kehidupan sosial. Bahkan, juga ada yang mempertanyakan hingga meragukan tujuan dan alasannya hidup. Duh, gawat juga ya ... Fase ini dinamakan Quarter Life Crisis (QLC) . Di fase ini, setidaknya ada 3 tuntutan untuk seseorang: Kedewasaan Arah hidup Tanggung Jawab Akan muncul banyak pertanyaan pada diri seseorang, "Aku hidup untuk apa?" "Aku mau jadi apa?" "Apa yang aku cari?" "Aku salah ga ya milih keputusan itu?" "Kok hidupku gini-gini aja ya..." "Kapan aku bisa sesukses dia?" Sebenarnya, tidak ada yang salah dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, tergant...