Skip to main content

11 December: A Day to Remember!" 💍

11 Desember, dia berjanji di hadapan Allah, akan menjadi suamiku, membimbing dan mengasihiku karena Allah.

11 Desember, hari dimana hampir seluruh keluarga berkumpul, menyaksikan prosesi sakral akad nikahku.

11 Desember 2016, 5 tahun yang lalu.. aku menerima dia menjadi penyempurna separuh agamaku. Di usia yang saat itu belum genap 20 tahun, dan dia berusia 22 tahun.

Hari ini, 11 Desember 2021. Menjadi tahun kelima, aku hidup bersamanya. Perjalanan yg baru seumur jagung, yg semoga Allah meridhoi langkah dan perjalanan pernikahan ini.

Aku bukan orang yang romantis dan lemah lembut. Aku tumbuh besar dengan karakter yg keras pada prinsip, tidak sabaran, koleris akut. Suamiku, tumbuh besar dengan karakter yg sabar, tenang, manut, plegmatis akut. 2 karakter berseberangan yg menjalani biduk rumah tangga tentu bukan hal yg mudah. Aku yg kadangkala merasa suami terlalu 'lunak' dan santai. Pun, mungkin suami yg merasa aku terlalu tegas, tidak sabaran, dan berani. Tapi, hampir tidak pernah kami berkonflik karena ini.

Aku bersyukur...  5 tahun yg kami jalani sangat amat minim konflik.

Aku bersyukur... Dia menerima kekuranganku, pun aku memahami kekurangannya.

Aku bersyukur... Allah hadiahkan laki-laki sabar ini, untukku.

Dan aku bersyukur, masa mudaku kuhabiskan bersamanya.

Comments

Popular posts from this blog

I'm Just a Mom 🍓

Hai.... Jumpa lagi! Setelah beberapa bulan lama nya tidak menulis, lumayan bingung rasanya mau menuliskan apa di tengah-tengah kesibukan aktivitas rumah tangga, perkuliahan, riset, dan lain sebagainya.  Setelah beberapa bulan pasca melahirkan, saya kembali merasakan drama, naik-turun, dan serunya jadi Ibu yang punya bayi. Bayi yang lahir ke dunia ini pada tanggal 15 Agustus 2023, atas izin Allah dimudahkan segala prosesnya. Dan tepat 1 Minggu setelahnya, bayi dengan tubuh mungil itu sudah harus saya titipkan ke Ibu saya di rumah, 5-8 jam lamanya (hampir) setiap hari. Sebenarnya, ini bukan kali pertama saya 'meninggalkan' anak. Tahun 2019, saat usia anak pertama saya 7 bulan, saya diterima bekerja di salah satu kampus. Hanya saja, kali ini terasa lebih awal. Jadi, kalau saat ini orang-orang bertanya apakah saya sedih meninggalkan bayi di rumah, saya bingung harus menjawab apa. Apa ekspektasi orang atas jawaban yang akan saya berikan? Dari 2 pengalaman 'meninggalkan' anak

Pengalaman (BUKAN) Warlok ANC Terpadu di Jogja 🏥

Hari ini, 21 Maret 2023 saya baru saja selesai menjalani ANC Terpadu. Salah satu program pemerintah yang diwajibkan untuk pemeriksaan kesehatan fisik dan psikis ibu hamil (more info bisa dibaca disini: https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/anc-terpadu-ibu-hamil-10t-anc-terpadu-berkualitas-hamil-sehat-melahirkan-selamat-bayi-sehat ). Dan luar biasa, selesai hanya dalam beberapa jam saja! Oh ya, informasi yang saya terima dari nakes, untuk di Jogja seluruh ibu hamil yang akan menjalani proses persalinan di fasilitas publik (klinik kebidanan, puskesmas, dan rumah sakit) wajib mendapatkan ANC Terpadu. Singkat cerita, saya datang ke Puskesmas Depok II (Condongcatur, Sleman) yang berjarak sekitar 3km dari rumah, pukul 08.30 WIB. *agar informasi ini lebih mudah diakses bagi pembaca, saya sajikan dalam poin saja, ya.. kurang lebih begini alurnya. Di pintu masuk, saya mengambil nomor antrian dan menunggu panggilan. 15 menit menunggu, saya diarahkan ke bagian Pendaftaran dan Rekam Medis

OMG! Quarter Life Crisis Menyerang!

Galau, overthinking , gelisah, bingung, ketakutan, sampai frustasi kerap mengganggu psikis seseorang di seperempat abad usianya. Kira-kira di usia 18-30 tahun. Umumnya, seseorang di usia ini   merasa tidak mempunyai arah, khawatir, bingung, dan galau akan ketidakpastian kehidupannya di masa yang akan datang. Biasanya, kekhawatiran ini meliputi isu karir, percintaan, ekonomi dan kehidupan sosial. Bahkan, juga ada yang mempertanyakan hingga meragukan tujuan dan alasannya hidup. Duh, gawat juga ya ... Fase ini dinamakan Quarter Life Crisis (QLC) . Di fase ini, setidaknya ada 3 tuntutan untuk seseorang: Kedewasaan Arah hidup Tanggung Jawab Akan muncul banyak pertanyaan pada diri seseorang, "Aku hidup untuk apa?" "Aku mau jadi apa?" "Apa yang aku cari?" "Aku salah ga ya milih keputusan itu?" "Kok hidupku gini-gini aja ya..." "Kapan aku bisa sesukses dia?" Sebenarnya, tidak ada yang salah dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, tergant