Skip to main content

Posts

Nada, Buah Hatiku 🌸

Nada, sebuah nama yang mengandung makna 'kebaikan' dan 'keberkahan' dalam bahasa Arab, menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga kecil kami. Harapan baba dan ummi tersemat dalam doa agar Allah senantiasa melimpahkan kebaikan-Nya dalam setiap langkahmu, nak. Lima bulan yang lalu, ummi melahirkanmu. Peristiwa bersejarah itu membawa kembali keajaiban dalam hidup ummi. Dengan izin Allah, kamu, si kecil yang kami sebut Nada, lahir dalam keadaan sehat, membawa kebaikan dan keberkahan yang melimpah bagi keluarga ini. Nada, terimakasih sudah memilih ummi sebagai ibumu. Mungkin nanti, ketika kamu tumbuh dewasa, kamu akan tahu bahwa ummi, seorang ibu yang masih terus belajar, penuh cela, dan memiliki kekurangan, senantiasa membersamaimu. Besar harapan ummi, Nada tumbuh menjadi pribadi yang jauh lebih baik, anak perempuan yang bermimpi besar, hidup dalam keselamatan dan kebahagiaan. Setiap langkah hidupmu menjadi jejak kebaikan dan harapan yang memancar, menandai perjalanan keluarg
Recent posts

I'm Just a Mom 🍓

Hai.... Jumpa lagi! Setelah beberapa bulan lama nya tidak menulis, lumayan bingung rasanya mau menuliskan apa di tengah-tengah kesibukan aktivitas rumah tangga, perkuliahan, riset, dan lain sebagainya.  Setelah beberapa bulan pasca melahirkan, saya kembali merasakan drama, naik-turun, dan serunya jadi Ibu yang punya bayi. Bayi yang lahir ke dunia ini pada tanggal 15 Agustus 2023, atas izin Allah dimudahkan segala prosesnya. Dan tepat 1 Minggu setelahnya, bayi dengan tubuh mungil itu sudah harus saya titipkan ke Ibu saya di rumah, 5-8 jam lamanya (hampir) setiap hari. Sebenarnya, ini bukan kali pertama saya 'meninggalkan' anak. Tahun 2019, saat usia anak pertama saya 7 bulan, saya diterima bekerja di salah satu kampus. Hanya saja, kali ini terasa lebih awal. Jadi, kalau saat ini orang-orang bertanya apakah saya sedih meninggalkan bayi di rumah, saya bingung harus menjawab apa. Apa ekspektasi orang atas jawaban yang akan saya berikan? Dari 2 pengalaman 'meninggalkan' anak

Dear, You..

Celebrating seven years of marriage (eagerly looking forward to the eighth next year!), we find ourselves today, deeply immersed in the life we began on that beautiful December day. We've navigated through seven chapters of stories as a married couple, marking seven anniversaries, and facing seven years of both trials and messes. Together, we've celebrated victories, weathered tearful rejections, pursued careers, sought education, and chased dreams. We've constructed a life filled with dreams—perhaps not exactly the life we dreamt of, but a life of dreams nonetheless. Our journey has been filled with seven years of bill payments, collaboration, child-rearing, medical emergencies, financial worries, and the inherent ups and downs of adult life. We've also faced six years of playful disputes over towels left on the bed, taking out the trash, cleaning the room, and the shared responsibilities and initiatives that come with partnership. Over these seven years, we've tru

Pengalaman (BUKAN) Warlok ANC Terpadu di Jogja 🏥

Hari ini, 21 Maret 2023 saya baru saja selesai menjalani ANC Terpadu. Salah satu program pemerintah yang diwajibkan untuk pemeriksaan kesehatan fisik dan psikis ibu hamil (more info bisa dibaca disini: https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/anc-terpadu-ibu-hamil-10t-anc-terpadu-berkualitas-hamil-sehat-melahirkan-selamat-bayi-sehat ). Dan luar biasa, selesai hanya dalam beberapa jam saja! Oh ya, informasi yang saya terima dari nakes, untuk di Jogja seluruh ibu hamil yang akan menjalani proses persalinan di fasilitas publik (klinik kebidanan, puskesmas, dan rumah sakit) wajib mendapatkan ANC Terpadu. Singkat cerita, saya datang ke Puskesmas Depok II (Condongcatur, Sleman) yang berjarak sekitar 3km dari rumah, pukul 08.30 WIB. *agar informasi ini lebih mudah diakses bagi pembaca, saya sajikan dalam poin saja, ya.. kurang lebih begini alurnya. Di pintu masuk, saya mengambil nomor antrian dan menunggu panggilan. 15 menit menunggu, saya diarahkan ke bagian Pendaftaran dan Rekam Medis

11 December: A Day to Remember!" 💍

11 Desember, dia berjanji di hadapan Allah, akan menjadi suamiku, membimbing dan mengasihiku karena Allah. 11 Desember, hari dimana hampir seluruh keluarga berkumpul, menyaksikan prosesi sakral akad nikahku. 11 Desember 2016, 5 tahun yang lalu.. aku menerima dia menjadi penyempurna separuh agamaku. Di usia yang saat itu belum genap 20 tahun, dan dia berusia 22 tahun. Hari ini, 11 Desember 2021. Menjadi tahun kelima, aku hidup bersamanya. Perjalanan yg baru seumur jagung, yg semoga Allah meridhoi langkah dan perjalanan pernikahan ini. Aku bukan orang yang romantis dan lemah lembut. Aku tumbuh besar dengan karakter yg keras pada prinsip, tidak sabaran, koleris akut. Suamiku, tumbuh besar dengan karakter yg sabar, tenang, manut, plegmatis akut. 2 karakter berseberangan yg menjalani biduk rumah tangga tentu bukan hal yg mudah. Aku yg kadangkala merasa suami terlalu 'lunak' dan santai. Pun, mungkin suami yg merasa aku terlalu tegas, tidak sabaran, dan berani. Tapi, hampir tidak pern

Happy itu "Inner", bukan "Outer"

Hari ini saya  ngobrol ngalor-ngidul sama Pak Dadang, salah satu dosen dan pernah menjadi direktur di tempat saya bekerja sambil menunggu makan siang datang. Kali ini, ditraktir Pak Dadang, - hehe.. I can't thank you enough . Obrolan tiba-tiba menyentil soal  happy.  Dan menjadi sesuatu yang saya pilih untuk ditulis hari ini. Sebagai orang dewasa saya sangat sadar  bahwa saya seringkali lupa untuk  happy.  Atau juga terkadang saya sibuk mencari cara agar  happy.  Tapi.. di sisi lain, beberapa kali saya melihat pasangan pengumpul barang rongsokan mendorong gerobak tua berisi barang bekas dan kedua balita mereka, sedang tertawa lepas. Muncul perasaaan yang sulit untuk dijelaskan. Saya  happy  melihat mereka tertawa, mereka berjalan tanpa alas kaki, tanpa kendaraan bagus, tidak sedang mengenakan baju baru, dan tidak membawa makanan selain air minum - botol A*ua yang diisi ulang air berwarna oranye. Dan mereka terlihat sangat  happy. Lalu, ketika mendengar berita pengusaha dengan aset

OMG! Quarter Life Crisis Menyerang!

Galau, overthinking , gelisah, bingung, ketakutan, sampai frustasi kerap mengganggu psikis seseorang di seperempat abad usianya. Kira-kira di usia 18-30 tahun. Umumnya, seseorang di usia ini   merasa tidak mempunyai arah, khawatir, bingung, dan galau akan ketidakpastian kehidupannya di masa yang akan datang. Biasanya, kekhawatiran ini meliputi isu karir, percintaan, ekonomi dan kehidupan sosial. Bahkan, juga ada yang mempertanyakan hingga meragukan tujuan dan alasannya hidup. Duh, gawat juga ya ... Fase ini dinamakan Quarter Life Crisis (QLC) . Di fase ini, setidaknya ada 3 tuntutan untuk seseorang: Kedewasaan Arah hidup Tanggung Jawab Akan muncul banyak pertanyaan pada diri seseorang, "Aku hidup untuk apa?" "Aku mau jadi apa?" "Apa yang aku cari?" "Aku salah ga ya milih keputusan itu?" "Kok hidupku gini-gini aja ya..." "Kapan aku bisa sesukses dia?" Sebenarnya, tidak ada yang salah dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, tergant